Perbedaan Bawang Putih Kating dengan Bawang Putih Biasa Mana yang Lebih Unggul?
Bawang putih merupakan salah satu bumbu dapur yang tidak pernah absen dalam setiap masakan Nusantara. Aroma khas dan rasa gurihnya menjadikan bawang putih sebagai dasar cita rasa berbagai hidangan. Namun, tidak semua bawang putih memiliki karakter yang sama. Di pasaran, dikenal dua jenis bawang putih yang paling umum, yaitu bawang putih kating dan bawang putih biasa (lokal). Meski sekilas tampak mirip, keduanya memiliki perbedaan dari segi bentuk, rasa, hingga kandungan gizinya. Artikel ini akan membahas secara lengkap perbedaan antara kedua jenis bawang putih tersebut agar Anda dapat memilih yang paling sesuai untuk kebutuhan dapur dan kesehatan.
Baca Juga:
- Manfaat Daun Basil Rahasia Herbal Aromatik untuk Kesehatan dan Masakan Sehat
- Manfaat Luar Biasa Tanaman Binahong untuk Kesehatan Tubuh dan Kulit
- Rahasia Kumis Kucing, Tanaman Obat Alami Penurun Asam Urat dan Tekanan Darah
Asal dan Ciri Fisik Bawang Putih Kating
Bawang putih kating dikenal juga dengan sebutan bawang putih impor karena sebagian besar berasal dari Tiongkok. Nama “kating” sendiri diduga berasal dari daerah penghasil utama di Cina, yaitu Shandong Kateng. Bawang jenis ini memiliki ciri khas umbi besar dengan siung yang sedikit, biasanya hanya 4–6 siung dalam satu bonggol. Warna kulitnya cenderung putih bersih mengilap dan mudah dikupas.
Karena ukurannya besar dan tampilannya lebih menarik, bawang putih kating sering digunakan oleh restoran atau hotel untuk memasak dalam jumlah besar. Selain itu, aromanya tidak terlalu menyengat, sehingga cocok bagi orang yang tidak menyukai bau tajam bawang putih lokal.
Asal dan Ciri Fisik Bawang Putih Biasa (Lokal)
Berbeda dengan bawang kating, bawang putih lokal umumnya ditanam di dataran tinggi Indonesia seperti Tawangmangu, Enrekang, dan Temanggung. Bawang putih jenis ini memiliki umbi lebih kecil dengan jumlah siung lebih banyak bisa mencapai 10–15 siung per bonggol. Warna kulitnya cenderung krem kekuningan dan sedikit kusam, serta terasa lebih sulit dikupas.
Meskipun ukurannya kecil, bawang putih lokal memiliki aroma yang lebih tajam dan kuat. Ciri inilah yang menjadikannya favorit bagi banyak ibu rumah tangga Indonesia karena mampu memberikan cita rasa gurih alami yang khas pada masakan tradisional seperti sambal, tumisan, hingga bumbu rendaman daging.
Perbedaan Rasa dan Aroma
Salah satu perbedaan paling mencolok antara bawang putih kating dan bawang putih lokal terletak pada aroma dan rasa.
Bawang putih kating memiliki aroma lembut dengan rasa sedikit manis. Saat digoreng, aromanya tidak terlalu menusuk. Karena itu, bawang kating cocok digunakan untuk masakan internasional atau hidangan yang membutuhkan rasa ringan, seperti pasta, sup bening, atau tumisan sayur.
Bawang putih lokal, sebaliknya, memiliki rasa lebih pedas dan menyengat. Saat digoreng atau ditumbuk, aromanya sangat kuat dan menggugah selera. Jenis ini sangat cocok untuk masakan Nusantara, seperti sambal bawang, nasi goreng, atau bumbu dasar kuning.
Perbedaan Kandungan Nutrisi
Secara umum, kedua jenis bawang putih mengandung senyawa aktif yang hampir sama, seperti allicin, sulfur, dan flavonoid. Namun, kadar senyawa tersebut berbeda tergantung pada jenis dan tempat tumbuhnya.
Bawang putih lokal diketahui memiliki kandungan allicin lebih tinggi, yaitu zat aktif yang memberikan aroma tajam sekaligus berfungsi sebagai antibakteri alami. Allicin juga berperan dalam menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.
Bawang putih kating mengandung lebih banyak air dan minyak atsiri ringan, sehingga rasanya tidak sekuat bawang lokal. Namun, jenis ini lebih mudah dicerna dan tidak terlalu menimbulkan efek bau mulut setelah dikonsumsi.
Dengan kata lain, dari segi kesehatan, keduanya sama-sama bermanfaat, tetapi bawang putih lokal cenderung memiliki kandungan senyawa aktif yang lebih pekat.
Daya Simpan dan Ketahanan
Bawang putih kating memiliki tekstur lebih keras dan padat, sehingga lebih tahan lama ketika disimpan. Jenis ini bisa bertahan hingga 2–3 bulan di tempat kering tanpa mudah busuk. Sementara itu, bawang putih lokal lebih cepat kering dan mudah tumbuh tunas jika disimpan terlalu lama. Namun, dengan penyimpanan yang tepat di tempat sejuk dan berventilasi baik, bawang lokal tetap bisa bertahan hingga dua bulan.
Harga di Pasaran
Secara umum, harga bawang putih kating lebih mahal dibandingkan bawang putih lokal karena sebagian besar masih bergantung pada impor. Namun, fluktuasi harga bisa berubah tergantung musim panen dan pasokan dari luar negeri. Sementara bawang putih lokal lebih stabil harganya, terutama saat musim panen di daerah sentra produksi.
Bagi pelaku usaha kuliner besar, bawang putih kating menjadi pilihan karena lebih efisien dari segi waktu pengupasan dan tampilan yang menarik. Sedangkan bagi rumah tangga, bawang putih lokal tetap unggul karena rasanya lebih kuat dan memberikan aroma autentik khas Indonesia.
Pilihan Penggunaan di Dapur
Kedua jenis bawang putih sebenarnya bisa saling menggantikan, tergantung kebutuhan masakan. Berikut panduan praktis penggunaannya:
Gunakan bawang putih kating untuk masakan yang mengutamakan tampilan dan rasa lembut, seperti makanan barat, sup, atau tumisan sayur.
Gunakan bawang putih lokal untuk hidangan yang membutuhkan aroma tajam dan rasa gurih kuat, seperti sambal, tumisan pedas, atau bumbu nasi goreng.
Kombinasi keduanya juga bisa digunakan bersamaan bawang kating untuk rasa dasar dan bawang lokal untuk memperkuat aroma.
Baik bawang putih kating maupun bawang putih lokal memiliki keunggulan masing-masing. Bawang putih kating unggul dari segi ukuran, tampilan, dan aroma yang lebih ringan, sedangkan bawang putih lokal menonjol karena rasanya yang kuat, kandungan allicin tinggi, dan cita rasa tradisional yang khas.
Pemilihan jenis bawang putih sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan masakan dan selera pribadi. Dengan mengenali perbedaan keduanya, Anda bisa memaksimalkan rasa sekaligus manfaat kesehatan dari bumbu dapur yang sederhana namun berkhasiat ini.
.png)
Posting Komentar