Langkah kaki menyentuh dedaunan kering, udara panas menggigit kulit, dan tiba-tiba… terdengar suara tetesan air, seperti tangisan lembut dari balik pepohonan. Tidak ada hujan. Tidak ada embun. Namun, beberapa batang pohon tampak basah, seperti mengeluarkan air mata. Inilah misteri dari hutan ajaib yang punya pohon bisa ‘menangis’ di musim kering.
Baca juga:
- 5 Buah yang Wajib Dikonsumsi Penderita Darah Tinggi
- Air AC Bisa Jadi Penyiram Sayur? Cek Dulu Bahaya yang Jarang Diketahui!
- Sayur Ini Pernah Dipakai sebagai Mata Uang di Abad Pertengahan!
Fenomena ini bukan cerita dongeng atau efek suara buatan. Di sejumlah hutan tropis dunia termasuk beberapa wilayah di Asia Tenggara dan Amerika Selatan, para peneliti menemukan pohon-pohon yang secara ilmiah mengeluarkan cairan dari batang atau daunnya saat musim kemarau. Sebuah keajaiban alam yang menyimpan banyak rahasia.
Proses ini dikenal dalam dunia botani sebagai guttation, meski biasanya terjadi pada malam hari saat kelembapan tinggi. Tapi dalam kasus unik pohon-pohon ini, tangisan mereka keluar saat udara panas dan tanah mulai kering. Alih-alih menangis karena sedih, pohon-pohon ini justru menunjukkan cara bertahan hidup yang luar biasa.
Saat musim kemarau panjang melanda, akar pohon sulit menyerap air dari dalam tanah. Untuk menjaga tekanan internalnya tetap stabil dan tidak layu, pohon-pohon tertentu akan “mengorbankan” air yang tersimpan di jaringan kayu mereka. Air ini keluar dalam bentuk tetesan melalui pori-pori kecil atau retakan alami di batang.
Beberapa spesies bahkan mengeluarkan getah bening menyerupai air mata, kadang disertai bunyi pelan seperti “menetes” dan inilah yang sering membuat orang yang mendengar menyebutnya sebagai pohon yang menangis.
Hutan dengan Pohon-Pohon yang Menangis
Salah satu tempat paling terkenal dengan fenomena ini adalah hutan dataran tinggi di Amerika Selatan, di mana pohon quinine dan beberapa jenis ficus sering menunjukkan gejala menangis saat musim kering tiba. Di Asia Tenggara, beberapa jenis pohon beringin besar dan jambu-jambuan liar juga dikabarkan mengalami fenomena serupa, meskipun jarang terdokumentasi secara ilmiah.
Warga lokal di beberapa daerah bahkan percaya bahwa pohon-pohon ini memiliki “jiwa” dan menangis karena kesepian atau penderitaan akibat kekeringan. Nah kepercayaan ini sudah dianggap normal dan dijadikan budaya
Meski terdengar dramatis, tangisan pohon bukanlah simbol kesedihan seperti dalam film atau cerita rakyat. Ini adalah bentuk mekanisme fisiologis canggih dari alam. Air yang keluar membawa serta kelebihan garam mineral dan zat sisa, yang membantu pohon tetap sehat selama periode tekanan lingkungan ekstrem.
Namun sayangnya, fenomena ini bisa menjadi pertanda serius bahwa kondisi hutan sedang mengalami kekeringan yang ekstrem. Jika terlalu sering terjadi, ini dapat melemahkan struktur internal pohon dan membuatnya lebih rentan terhadap penyakit dan kerusakan.
Pelajaran dari Hutan yang “Hidup”
Fenomena pohon menangis memberi kita pelajaran penting: bahwa hutan bukan hanya kumpulan tanaman, melainkan ekosistem hidup yang mampu merespons, menyesuaikan, bahkan mengungkapkan “emosinya” lewat bahasa alam.
Tangisan mereka adalah peringatan halus bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. Bahwa perubahan iklim dan ulah manusia telah mengganggu siklus alami mereka. Maka, menjaga hutan bukan hanya soal menyelamatkan pohon-pohon, tapi juga memahami bahasa diam-diam dari alam yang sebenarnya berteriak lewat tetesan air.
Hutan yang bisa menangis mungkin terdengar seperti dongeng. Tapi kenyataannya, pohon-pohon itu benar-benar ada. Mereka tidak bersuara, tidak bergerak, tapi mereka hidup dan mereka bicara melalui cara yang hanya bisa dimengerti jika kita mau diam dan mendengarkan.
Jika Anda suatu hari melihat pohon menangis di musim panas yang kering, jangan anggap itu keanehan. Anggaplah itu sebagai sapaan alam: lembut, jujur, dan penuh makna.
Posting Komentar