Buah kiwi, dengan daging hijau zamrud yang menyegarkan dan kulit berbulu khasnya, kini telah menjadi simbol gaya hidup sehat di berbagai belahan dunia. Di balik kepopulerannya sebagai buah eksotis yang kaya vitamin, tersembunyi sebuah perjalanan panjang yang penuh kejutan, dimulai dari lembah-lembah subur di Tiongkok hingga ke rak-rak swalayan modern di seluruh dunia.
Baca juga:
- Kenapa Sayuran Berdaun Gelap Lebih Kaya Antioksidan?
- 5 Bunga Wangi untuk Mengusir Nyamuk di Rumah
- Arti Simbolik Bunga dalam Budaya Asia
Kiwi di kira berasal dari Selandia Baru. Padahal, sejarah aslinya justru mengarah ke wilayah Tiongkok, tepatnya di sepanjang lembah Sungai Yangtze. Di Tiongkok nama pir adalah yang tao, ini dilambangkan sebagai buah dari matahari. Penduduk lokal sudah lama mengenal dan memanfaatkan buah ini, bukan hanya sebagai pangan, tetapi juga sebagai bagian dari pengobatan tradisional karena dipercaya menyejukkan dan melancarkan pencernaan.
Buah kiwi mulai dikenal dunia barat pada awal abad ke-20, ketika seorang guru dari Selandia Baru membawa benihnya pulang dari perjalanan ke Tiongkok. Benih itu lalu ditanam di tanah Selandia Baru yang subur, dan ternyata tumbuh dengan sangat baik. Petani lokal pun tertarik untuk membudidayakannya secara luas. Nama aslinya yang rumit bagi lidah barat kemudian diganti menjadi “kiwi” terinspirasi dari burung khas Selandia Baru yang kecil, berbulu cokelat, dan tak bisa terbang, mirip dengan penampilan kulit buah ini.
Seiring waktu, Selandia Baru tidak hanya sukses membudidayakan kiwi, tetapi juga memasarkan dan menjadikannya sebagai komoditas ekspor andalan. Branding buah kiwi dari negara tersebut begitu kuat, hingga kini banyak orang mengira buah ini memang asli dari sana. Padahal, buah ini hanyalah ‘petualang’ dari Timur yang menemukan rumah baru di Selatan.
Perjalanan kiwi tidak berhenti di situ. Popularitasnya terus meningkat karena rasanya yang segar, kandungan vitamin C yang tinggi, dan manfaatnya untuk kesehatan. Ia menyeberangi benua, ditanam di Eropa, Amerika Selatan, bahkan wilayah Mediterania. Itali dan Chili adalah produsen terbanyak untuk dunia setelah Selandia Baru.
Buah kiwi mengalami transformasi identitas yang luar biasa. Dari tanaman liar di hutan Tiongkok, ia menjadi buah premium yang dikemas rapi dan disandingkan dengan label-label gizi. Bahkan kini ada berbagai varietas kiwi, termasuk kiwi kuning (gold kiwi) yang memiliki rasa lebih manis dan tekstur lebih lembut, hasil persilangan dan budidaya modern.
Lebih dari sekadar buah, kiwi adalah kisah perpindahan budaya, adaptasi, dan evolusi yang berhasil. Ia memperlihatkan bagaimana tanaman bisa melampaui batas geografis dan menjadi bagian dari kehidupan global. Kiwi adalah bukti bahwa asal-usul tidak menentukan akhir; dari akar yang sederhana di tanah Tiongkok, ia kini menjadi buah yang mendunia, disukai karena keunikannya, dan dikagumi karena manfaatnya.
Dan meskipun namanya kini telah melekat dengan dunia Barat, sejarahnya tetap tertanam dalam tanah Asia. Setiap kali seseorang menggigit daging hijau segar itu, sebenarnya mereka sedang menikmati sepotong kecil dari warisan Timur yang telah menjelajah jauh, menaklukkan dunia dalam diam.
Posting Komentar